Kamis, 09 Maret 2017

Sudut Pandang yang Dimiliki Membuat Seseorang Mementukan Keputusan Hidup

 

mindset menetukan cara hidup seseorang
Salah satu elemen penting dalam hidup yang berkelimpahan adalah hidup dengan kesesuaian. Ini artinya, Anda melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk membawa Anda ke mana pun Anda ingin berada.Randy Gage


Bagaimana cara pandang seseorang dalam menilai uang atau materi, secara langsung atau tidak, akan memengaruhinya seseorang dalam mencari teman sekaligus untuk mencari kekayaan. Orang-orang kaya dan orang yang menjadikannya—musuh kehidupan—orang-orang miskin, keduanya memiliki cara pandang berbeda tentang itu. 

Disadari atau tidak, ternyata banyak persepsi dalam menilai uang atau materi. Dan ternyata setiap orang juga akan dibebaskan untuk berkeyakinan dan memiliki persepsi yang berbeda terhadap materi. Jika ditanya apa yang menyebabkan perbedaan cara berpikir orang dalam menilai sesuatu? 

Banyak sebabnya, seperti perbedaan pengetahuan, pengalaman, teman bergaul, lingkungan, budaya, dan lain sebagainya. Termasuk menilai materi, kaya, miskin sejahtera, gagal, dan sukses. Persepsi orang tentang hal demikian berbeda, hanya saja perlu adanya kesepahaman untuk dapat mencapainya baik secara individu maupun kolektif. 

Sesuatu yang dapat mengantarkan pada kebahagiaan, kemakmuran atau ketenanganlah yang dinamakan kesuksesan, dan memahami gagal pun haruslah diarahkan untuk mencapai kesuksesan. Misalnya, gagal adalah sukses tertunda, gagal akan mengantarkan pada keberhasilan, atau gagal sebagai barometer mencapai sukses. Sehingga amatlah diharapkan orang yang sudah ambruk bisa bangkit, yang berhenti bisa maju lagi atau yang pesimis menjadi optimis.

Saya akan mengutip tulisan dari Robert T. Kyosaki, tentang  bagaimana mengubah pola pikir terhadap uang, mengubah keyakinan lama menjadi keyakinan baru, yang akhirnya bisa menuntun orang bisa menjadi kaya secara materi, tanpa menghilangkan nilai. Ayah miskin saya mengatakan, "Cinta akan uang itu adalah akar dari segala kejahatan." Sedangkan, Ayah kaya saya mengatakan, "Kekurangan uang adalah akar dari segala kejahatan."

Logika sederhana yang banyak dianut oleh umat bahwa mencari kebahagiaan adalah dengan menghindari sengsara. Hal yang terkait dengan kesengsaraan, maka akan dijauhi dan ditinggalkan. Sedangkan untuk hal yang terkait dengan kenikmatan akan kita akan selau dicari dan didekati. 

Ketika yakin bahwa kaya adalah positif dan miskin negatif, maka itu akan menjadi magnet, penarik bagi segala kebahagiaan dan keberuntungan. Hanya saja kenyataannya banyak orang tidak pernah menyusun keyakinannya secara sadar dari lahir sampai mati. 

Dan bila kita tidak menyusun sendiri secara sadar keyakinan yang diperlukan untuk menjadi kaya seperti kita terjajah tanpa sadar oleh kata-kata, "Uang adalah akar dari segala kejahatan", maka tanpa sadar pula kita tidak menjadi kaya karena kita tidak ingin menjadi jahat. 

Pak Tung Desem Waringin, mengajak kita untuk segera susun ulang pola pikir kita tentang kaya dan uang. Bahwa uang kekayaan itu baik. Perhatikanlah pernyataan berikut ini, tentang pertarungan antara keyakinan Lama dan Keyakinan Baru. Lihatlah bagan berikut ini:


Keyakinan Lama
Keyakinan Baru
Uang tidak dibawa mati.

Uang banyak bisa menolong orang yang hampir mati. Betul uang memang tidak dibawa mati, makanya jauh lebih baik meninggalkan warisan daripada tidak meninggalkan apa-apa.
Uang tidak bisa membeli cinta.

Betul uang tidak bisa membeli cinta, apalagi jika tidak punya uang sama sekali.
Kekayaan tidak dapat menyelesaikan masalah.
Betul uang tidak dapat menyelesaikan, tapi dengan uang yang banyak saya bisa menyelesaikan masalah dengan gaya tersendiri.

Dengan membangun pola pikir dan cara pandang demikianlah, kita bisa membangun berbagai macam varian, yang jelas sesuatu yang baik tentunya dapat diterima dengan nalar yang sehat, bukan dalam pengertian mencari pembenaran dan pengukuhan tentang apa yang kita persepsikan, seperti mencuri, atau berbohong itu benar asalkan niatnya benar. 

Saya secara pribadi tidak meyakini itu, bagaimana pun mencuri itu motifnya tetap saja mengambil hak orang lain. Apa jadinya jika yang dicuri itu adalah harta Anda. Bangunlah cara pandang yang sesuai agar apa yang dipikirkan dan diperoleh menjadi sarana, agar Anda bisa melakukan apa pun yang Anda kehendaki.


Tidak ada fakta yang lebih membesarkan hati daripada kemampuan mutlak seseorang untuk mengangkat kehidupannya dengan upaya sadar.Hanry David Thoreau

Tidak ada komentar:
Write komentar