Senin, 13 Maret 2017

Inti dari Proses Pengembangan Diri Manusia

 

Pengembangan diri
Adalah menemukan jawaban dan mulai mengubah kecenderungan menyakitkan diri sendiri sebagai inti dari pengembangan diri. Membangun keintiman dengan yang lain dengan menunjukan empati, mungkin merupakan hal bermakna serta pengalaman yang berharga.[1] 

Prinsip utama dalam pengembangan diri adalah mengembangan pikiran positif. Kita semua ditakdirkan dan diberikan ukuran dan wajah tertentu, yang bisa dikembangkan—diperindah hanyalah bagian tertentu yang jelas memiliki keterbatasan—namun jika yang terlebih dahulu untuk dikembangkan adalah pikiran. Tentunya segala sesuatu yang dikembangkan akan didasari oleh perkembangan pikiran yang benar. [2]

Jika pengembangan yang dilakukan hanya terfokus pada hal yang bersifat fisik semata tidak ubahnya seperti Anda membeli mobil baru tetapi kosong bensinnya. Jelas mobil tersebut hanyalah tumpukan besi-kaleng mengkilap tetapi tidak memberikan apa, kecuali keindahan bentuk saja. Bisa jadi hanya dipisah-pisahkan bagian-bagianya lalu dijual satuan.

Termasuk disebut pikiran yang membosankan, jika pikiran yang Anda miliki tidak diubah—diubah lebih positif, lebih menyenagkan—apa artinya kecantikan dan ketampanan, bukankah itu memberikan ruang terhadap kesia-siaan. Oleh karena, kecantikan fisik akan memudah, menua, keriput dan sebagainya. Sedangkan  kecantikan pikiran tidak dibatasi oleh usia, semakin tua semakin bertambah bijaksana, dan itu jelas semakin membuat  pikiran menjadi semakin cantik.

Salah satu dari sebagian ciri khas pribadi tangguh yakni memiliki kejelasan dalam pegangan. Kejelasan memilih dan menatukan arah. Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang tidak membuatnya menjadi bias, abu-abu dan kabur arah. 

Boleh jadi, dalam menentukan suatu jalan dan sikap seseorang harus menempuh suatu jalan yang mendaki, yang cukup memberatkan dan dilain sisi seseorang yang lain justru menempuhnya jalannya dengan mudah tanpa hambatan. 

Kedua orang tersebut sama-sama mencapai tujuannya. Yang satu dialihkan atau diuji dengan hambatan dan jalan yang susah, oleh karena pertentangan dalam dirinya bisa ia atasi. Dan yang satu lagi, jalannya mudah, tetapi pertentangan dalam dirilah yang justru menjadi ujiannya. 

Tentunya, jikanya arah tidak jelas. Tujuan pencapaianya pun semakin tidak jelas dan bisa jadi secara berlahan menghantarkan pada kesia-siaan. Semenjak kecil, ibu saya selalu mengajarkan bahwa dalam melakukan segala sesuatu harus terlebih dahulu ditanyakan “Apa tujuannya melalukan sesuatu? Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu?   Terakhir.  Apapun yang kamu lakukan dalam meraih tujuanmu, jangan keluar atau melampaui batas hukum-hukum Tuhan.”

Pertama, Apa tujuanya melakukan sesuatu. Ini mentukan kejelasan arah. Sebagai seorang nahkoda yang membawa bahtera bersama dengan pasukan, yang pertama harus ditetapkan sebelum berlayar ialah tentukan tujuan. 

Pesan ibu melalui pertanyaan membuat saya selalu berpikir tentang tujuan dari setiap apa yang saya lakukan, bahkan selalu membuat saya mengundurkan sesuatu hal yang ingin saya lakukan sebelum saya tahu tujuannya dari apa yang akan saya lakukan. Ini sungguh mengagumkan, semenjak saat ini saya terlatih untuk melakukan sesuatu yang benar-benar efektif dalam hidup saya.

Kedua, apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. Memberikan ruang untuk berpikir sekaligus berkreasi dalam memcari bahkan memilah metode yang dirasa benar-benar efektif—jelas memilahnya dengan suatu landasan yang logis—sekalipun untuk ukuran seorang bocah pada saat itu. Seiring berkembangnya cara berpikir, ini juga sangat efektif membantu saya dalam menyelesaikan berbagai tugas, kerjaan termasuk menyelesaikan setiap tulisan saya dan aktivitas dalam berorganisasi.

Ketiga,  memberikan saya disiplin-disiplin dalam memberikan panduan untuk taat pada norma, aturan dan nilai-nilai yang saya yakini. Gampangnya, seperti apapun yang dilakukan dan selogis apapun tujuannya, cara untuk mencapainya tetapi tidak keluar dari norma-norma universal yang diyakini, sehingga diharapkan semua pihak tidak keberatan untuk menerimanya.

Dari semua perjalanan yang saya lakukan, berujung pada apa yang membuatmu lebih bermakna, bukan sekedar luarnya, melainkan hal yang didalamnya—bermakna batiniah. Saya kira, apapun bentuk kesuksesan, pencapaian ataupun raihan Anda sekarang, akan tertuju pada satu kesimpulan utuh yakni bermakna. 

Adam khoo[3] dalam bukunya yang berjudul Master Your Mind Design Your Destiny, menyatakan saya memahami apa yang sesungguhnya mendorong saya bukan hanya uang tetapi kepuasan mendalam karena mampu melihat orang sekitas saya menyadari dan mengasah potensi mereka yang luar biasa besar. Saya menyadari bahwa banyak orang diluar sana yang jika diperlihatkan pada pengetahuan penguasaan diri ini, juga akan mampu menciptakan keajaiban dalam kehidupan mereka sendiri.

Tegaslah bahwa sukses yang lebih punya makna adalah memberi manfaat, terlebih memberikan kesadaran pada yang lain bahwa betapa dirinya berharga, berpotensi dan berdaya guna melebihi apa yang ia persepsikannya sendiri, sebelum memiliki kesadaran.


[1] Dr. Patricia Patton, Kecerdasan Emosional. (Mitra media. 1997) Hal. 22
[2] Edward De Bono. How to have Beautiful Mind. (Bandung. Kaifa. 2005) Hal. 16
[3] Adam Khoo adalah seorang entrepreneur, penulis laris dan pelatih kinerja puncak. Ia menjabat sebagai  Executive Chairman of Adam Khoo Learning  Technologies Group Pte Ltd, salah satu Perusahaan Pelatihan Public dan Group terbesar di Asia.

Tidak ada komentar:
Write komentar