Selasa, 14 Maret 2017

Cara Efektif Membangun Reputasi

 


Membangun reputasi yang powerfull
Reputasi menunjukan siapa Anda. Jika reputasi Anda baik itu sama dengan apa yang Anda lakukan adalah serentetan kebaikan. Begitu juga sebaliknya. Jangan salah jika dalam sebuah perusahaan, reputasi menentukan tingkat kompetensi seorang karyawan diperusaahn tersebut.
Napoleon Hill, dalam bukunya yang sangat terkenal, Think And Grow Rich. Menceritakan kisah seorang anak muda yang berhasil memperoleh karir besar sebuah organisasi yang ia mulai dari dasar.

Anak itu menunjukan reputasi yang baik dengan trik yang sederhana. Ia memperhatikan bosnya  datang sedikit lebih dari staf yang lain dan pulang lebih larut juga. Kemudian anak itu menetapkan bahwa ia akan datang lebih awal 15 menit dari bosnya dan pulang 15 menit setelah sang bos pulang. Setelah berminggu-minggu. Akhirnya pada suatu malam, sang bos menghampirinya dan bertanya mengapa dia masih duduk disana sementara yang lain sudah pergi.

Anak itu menjawab, bahwa ia benar-benar ingin meraih sukses di perusahan tersebut dan ia sadar betul, dia tidak akan meraih sukses jika dia tidak mau bekerja lebih keras dari pada yang lain. Sang bos tersenyum dan mengangguk. Lalu, tak lama setelah itu, sang bos memintanya untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan tugasnya, namun anak itu mengerjakan dengan baik dan cepat lalu mengantarkan hasilnya kepada sang bos dan kembali melanjutkan pekarjaanya. Tak lama kemudian diberi tugas yang lain dan dikerjakan pun dengan baik dan cepat rampung.


Atas reputasi yang baik yang ditunjukan oleh anak itu, di tahun kedua anak itu mendapatkan promosi dan mulai menangani banyak tanggung jawab, semuanya ia terima dan dipenuhi dengan segera. Karirnya meroket, dan dihormati oleh para manager yang lainya. Karena kinerja yang selalu ditingkatkan dan anak itu terus belajar dengan giat. Pada akhirnya, anak itu menjadi vice president diperusahaan tersebut. 



Jika kita perhatikan dari kisah anak yang berhasil memperoleh karir yang tinggi diperusaahan tempatnya bekerja dengan reputasi yang baik, setidaknya ada lima hal yang menjadi pilar pembangun reputasi—setidaknya itu yang bisa saya simpulkan dari cerita di atas. Reputasi ini tidak hanya bisa diterapkan disebuh perusahaan, akan tetapi juga hidup di lingkungan masyarakat sekitar. 

Pertama. Keinginan yang kuat yang ditunjukan oleh anak itu. keinginan yang kuat ditunjukannya dengan bertekad untuk meraih sukses diperushaan tempatnya berkarir. Dia menyatakan saya tidak akan memperoleh sukses jika tidak mau bekerja lebih dari orang lain. Jika tidak punya keinginan kuat sangat sulit sekali muncul semangat yang demikian, paling tidak dia akan bekerja sebagaimana adanya, sesuai standar dan rekannya yang lain.

Kedua. Kejujuran, yang ditunjukannya menjukkan bahwa ia adalah pribadi yang luar biasa. Datang lebih awal 15 menit sebelum bos dan pulang 15 menit lebih lambat dari bos, sama sekali bukan untuk menjilat atau membuat bos senang. Tetapi ia tunjukan sebagai bukti intergritasnya. Terbukti saat diberi beberapa tugas yang padahal bukan tugasnya, anak itu begitu antusias dengan sebaik dan secepat mungkin mengerjakannya.

Jika saja ia hanya untuk menunjukan bos senang, mungkin apa yang ia toreh semeroket itu. karena jika saja  apa yang dilakukanya sama sekali tidak membuat orang yang ditujunya senang ia akan segera meninggalkan. Karena apa yang ia tuju tidak berhasil.  

Ketiga, Tanggung jawab ditunjukan oleh  anak dengan sebaik dan secepat mungkin menyelasaikan tugas yang diberikan oleh sang bos. Bukti nyata dari tanggung jawabnya adalah apresiasi yang diberikan oleh bosnya. Semakin banyak tugas dan tanggung jawab yang diembannya membuat, anak itu semakin kuat untuk belajar. 

Karena setiap tugas dan pencapaian yang harus ditunaikan  menuntut skill dan  knowledge yang memadai. Jika ia luput, tidak menutup kemungkinan apa yang ia capai menjadi terabaikan karena kendala ketidak-memadainya skill dan knowledge-nya. Maka, tanggung jawabnya itu ia buktikan dengan sebanyak mungkin belajar.

Keempat, Kerja keras menjadi jurus ampuh yang membuatnya meroket, melewati rekannya yang lain. Datang lebih awal bukan tanpa alasan atau bukan tidak ada hal yang ia kerjakan. Begitu pula dengan pulang lebih lambat dari yang lain. Tidak mungkin bisa menoreh kesuksesan jika apa yang dikerjakan sama dengan yang lain. Mau tidak mau, karena sejak awal menginginkan untuk sukses diperusahaan tersebut.

Kelima, Berjalan dijalan yang benar, setiap perusahaan memiliki sistem yang membuat perusahaan bisa berjalan dengan baik. Sistem adalah jalan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga perusahaan demi kestebilan  perusahaan. Sistem bisa merupakan serangkaian aturan-aturan.

Kesemuanya, seluruh pilar-pilar reputasi, itu bisa gagal jika mengabaikan pilar yang terakhir ini. Berjalan dijalan yang benar merupakan suatu keharusan, jika seorang pembalap tidak melintas pada trek yang sudah disediakan maka secepat apapun pembalap itu memacu kendaraanya tidak akan ada gunanya, malahan ia bisa jadi pembalap itu akan dikenai sanksi. Dan anak itu menunjukan bahwa kesuksesan yang ditorehnya benar-benar sesuai dengan lintasannya.

Pertanyaaannya kemudian, bagaimana seandainya jika sebelumnya kita memiliki reputasi yang kurang baik, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki reputasi tersebut? Menurut hemat saya, pilar-pilar pembangun reputasi harus tetap dijadikan landasan untuk membangun reputasi yang baik di kemudian hari. Lalu, untuk memperbaiki repotasi yang kurang baik dari apa yang telah kita lakukan adalah dengan memperbaiki, menuntaskan dan bertanggung jawab atas segala apa yang kita lakukan. 

Perbuatan buruk sebenarnya tidak akan pernah bisa hilang, seperti halnya ucapan yang sudah keluar dari lisan tidak bisa ditarik kembali, hanya saja yang bisa dilakukan hanya memambahkan perbuatan baik jauh lebih banyak dibandingkan perbuatan buruk yang sudah dilakukan.

Mengapa ada istilah “berlomba-lomba berbuat baik?” sebenarnya bukan mengganti perbuatan buruk yang sudah dilakukan menjadi baik, melainkan melainkan menutupi perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik, agar yang terlihat hanyalah perbuatan baiknya. 
Ada sebuah lelucon yang menarik, untuk memahamkan kita tentang kesesuaian. Kesuksesan atau keberhasilan haruslah dicapai dengan kesesuaian konteksnya. Jika tidak seperti inilah yang terjadi.

Seorang dokter melakukan sebuah pemeriksaan terhadap seorang pasien. Setelah pemeriksaan itu, Dokter tersebut memanggil pasiennya itu untuk memberi tahu hasilnya.
Dokter itu berkata, “Sesuai dengan hal dari pemeriksaan tadi, saya sampaikan kepada Anda, bahwa Anda mengalami gagal jantung.”

Mendengar hasil dari dokter itu, wajah pasien langsung berubah dan tambah sumringah, seperti telah mendapatkan kabar yang mengembirakan.

Melihat itu, sang Dokter kemudian bertanya lagi sebelum pasien itu sempet mennggapi, “Kenapa Anda tersenyum? Apa ada hal lucu yang membuat Anda tersenyum.”

“Begini Dok, saya senang atas informasi yang telah Anda sampaikan.” Jawab sang pasien.
“Mengapa?” tanyanya bingung.

“Kalau saya gagal jantung, artinya saya sukses. Karena gagal jantung itu sukses jantung yang tertunda.”

Jelas lelucon itu sangatlah konyol, akan tetapi coba kita perhatian seksama. Ini adalah bentuk salah kaprah dari memahami gagal adalah sukses yang tertunda. Jika pernyataan tersebut disesuaikan dengan yang dipakai oleh pasien itu benar benar konyol dan begitu bodoh. Itulah ketidaksesuaian. Maka dari itu kesuksesan itu harus sesuai dengan apa yang ingin dicapainya.



Tidak ada komentar:
Write komentar