![]() |
Pengembangan diri |
Adalah menemukan jawaban dan mulai mengubah
kecenderungan menyakitkan diri sendiri sebagai inti dari pengembangan diri.
Membangun keintiman dengan yang lain dengan menunjukan empati, mungkin
merupakan hal bermakna serta pengalaman yang berharga.[1]
Prinsip
utama dalam pengembangan diri adalah mengembangan pikiran positif. Kita semua
ditakdirkan dan diberikan ukuran dan wajah tertentu, yang bisa dikembangkan—diperindah
hanyalah bagian tertentu yang jelas memiliki keterbatasan—namun jika yang
terlebih dahulu untuk dikembangkan adalah pikiran. Tentunya segala sesuatu yang dikembangkan akan didasari oleh perkembangan pikiran yang benar. [2].
Jika pengembangan yang dilakukan hanya terfokus pada
hal yang bersifat fisik semata tidak ubahnya seperti Anda membeli mobil baru tetapi kosong bensinnya. Jelas mobil tersebut hanyalah tumpukan besi-kaleng
mengkilap tetapi tidak memberikan apa, kecuali keindahan bentuk saja. Bisa jadi hanya
dipisah-pisahkan bagian-bagianya lalu dijual satuan.
Termasuk disebut pikiran yang membosankan, jika pikiran
yang Anda miliki tidak diubah—diubah lebih positif, lebih menyenagkan—apa
artinya kecantikan dan ketampanan, bukankah itu memberikan ruang terhadap
kesia-siaan. Oleh karena, kecantikan fisik akan memudah, menua, keriput dan
sebagainya. Sedangkan kecantikan pikiran
tidak dibatasi oleh usia, semakin tua semakin bertambah bijaksana, dan itu
jelas semakin membuat pikiran menjadi
semakin cantik.
Salah satu dari sebagian ciri khas pribadi tangguh
yakni memiliki kejelasan dalam pegangan. Kejelasan memilih dan menatukan arah.
Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang tidak membuatnya menjadi bias, abu-abu
dan kabur arah.
Boleh jadi, dalam menentukan suatu jalan dan sikap seseorang
harus menempuh suatu jalan yang mendaki, yang cukup memberatkan dan dilain sisi
seseorang yang lain justru menempuhnya jalannya dengan mudah tanpa hambatan.
Kedua orang tersebut sama-sama mencapai tujuannya. Yang satu dialihkan atau
diuji dengan hambatan dan jalan yang susah, oleh karena pertentangan dalam
dirinya bisa ia atasi. Dan yang satu lagi, jalannya mudah, tetapi pertentangan
dalam dirilah yang justru menjadi ujiannya.
Tentunya, jikanya arah tidak jelas. Tujuan pencapaianya
pun semakin tidak jelas dan bisa jadi secara berlahan menghantarkan pada
kesia-siaan. Semenjak kecil, ibu saya selalu mengajarkan bahwa dalam melakukan
segala sesuatu harus terlebih dahulu ditanyakan “Apa tujuannya melalukan
sesuatu? Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu? Terakhir. Apapun yang kamu lakukan dalam
meraih tujuanmu, jangan keluar atau melampaui batas hukum-hukum Tuhan.”
Pertama, Apa tujuanya melakukan sesuatu. Ini mentukan
kejelasan arah. Sebagai seorang nahkoda yang membawa bahtera bersama dengan
pasukan, yang pertama harus ditetapkan sebelum berlayar ialah tentukan tujuan.
Pesan ibu melalui pertanyaan membuat saya selalu berpikir tentang tujuan dari
setiap apa yang saya lakukan, bahkan selalu membuat saya mengundurkan sesuatu
hal yang ingin saya lakukan sebelum saya tahu tujuannya dari apa yang akan saya
lakukan. Ini sungguh mengagumkan, semenjak saat ini saya terlatih untuk
melakukan sesuatu yang benar-benar efektif dalam hidup saya.
Kedua, apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.
Memberikan ruang untuk berpikir sekaligus berkreasi dalam memcari bahkan
memilah metode yang dirasa benar-benar efektif—jelas memilahnya dengan suatu
landasan yang logis—sekalipun untuk ukuran seorang bocah pada saat itu. Seiring
berkembangnya cara berpikir, ini juga sangat efektif membantu saya dalam
menyelesaikan berbagai tugas, kerjaan termasuk menyelesaikan setiap tulisan
saya dan aktivitas dalam berorganisasi.
Ketiga, memberikan saya disiplin-disiplin dalam
memberikan panduan untuk taat pada norma, aturan dan nilai-nilai yang saya
yakini. Gampangnya, seperti apapun yang dilakukan dan selogis apapun tujuannya,
cara untuk mencapainya tetapi tidak keluar dari norma-norma universal yang
diyakini, sehingga diharapkan semua pihak tidak keberatan untuk menerimanya.
Dari semua perjalanan yang saya lakukan, berujung pada
apa yang membuatmu lebih bermakna, bukan sekedar luarnya, melainkan hal yang
didalamnya—bermakna batiniah. Saya kira, apapun bentuk kesuksesan, pencapaian
ataupun raihan Anda sekarang, akan tertuju pada satu kesimpulan utuh yakni
bermakna.
Adam khoo[3]
dalam bukunya yang berjudul Master Your Mind Design Your Destiny, menyatakan
saya memahami apa yang sesungguhnya mendorong saya bukan hanya uang tetapi
kepuasan mendalam karena mampu melihat orang sekitas saya menyadari dan
mengasah potensi mereka yang luar biasa besar. Saya menyadari bahwa banyak
orang diluar sana yang jika diperlihatkan pada pengetahuan penguasaan diri ini,
juga akan mampu menciptakan keajaiban dalam kehidupan mereka sendiri.
Tegaslah bahwa sukses yang lebih punya makna adalah
memberi manfaat, terlebih memberikan kesadaran pada yang lain bahwa betapa
dirinya berharga, berpotensi dan berdaya guna melebihi apa yang ia
persepsikannya sendiri, sebelum memiliki kesadaran.
[1] Dr. Patricia Patton, Kecerdasan Emosional. (Mitra
media. 1997) Hal. 22
[2] Edward De Bono. How to have Beautiful Mind.
(Bandung. Kaifa. 2005) Hal. 16
[3] Adam Khoo adalah seorang entrepreneur, penulis laris dan
pelatih kinerja puncak. Ia menjabat sebagai
Executive Chairman of Adam Khoo Learning
Technologies Group Pte Ltd, salah satu Perusahaan Pelatihan Public dan
Group terbesar di Asia.
Tidak ada komentar:
Write komentar