![]() |
Membangun reputasi yang powerfull |
Napoleon
Hill, dalam bukunya yang sangat terkenal, Think And Grow Rich.
Menceritakan kisah seorang anak muda yang berhasil memperoleh karir besar
sebuah organisasi yang ia mulai dari dasar.
Anak itu
menunjukan reputasi yang baik dengan trik yang sederhana. Ia memperhatikan
bosnya datang sedikit lebih dari staf
yang lain dan pulang lebih larut juga. Kemudian anak itu menetapkan bahwa ia
akan datang lebih awal 15 menit dari bosnya dan pulang 15 menit setelah sang
bos pulang. Setelah berminggu-minggu. Akhirnya pada suatu malam, sang bos menghampirinya
dan bertanya mengapa dia masih duduk disana sementara yang lain sudah pergi.
Anak itu
menjawab, bahwa ia benar-benar ingin meraih sukses di perusahan tersebut dan ia
sadar betul, dia tidak akan meraih sukses jika dia tidak mau bekerja lebih
keras dari pada yang lain. Sang bos tersenyum dan mengangguk. Lalu, tak lama
setelah itu, sang bos memintanya untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan
tugasnya, namun anak itu mengerjakan dengan baik dan cepat lalu mengantarkan
hasilnya kepada sang bos dan kembali melanjutkan pekarjaanya. Tak lama kemudian
diberi tugas yang lain dan dikerjakan pun dengan baik dan cepat rampung.
Atas reputasi
yang baik yang ditunjukan oleh anak itu, di tahun kedua anak itu mendapatkan
promosi dan mulai menangani banyak tanggung jawab, semuanya ia terima dan
dipenuhi dengan segera. Karirnya meroket, dan dihormati oleh para manager yang
lainya. Karena kinerja yang selalu ditingkatkan dan anak itu terus belajar
dengan giat. Pada akhirnya, anak itu menjadi vice president diperusahaan
tersebut.
Jika kita
perhatikan dari kisah anak yang berhasil memperoleh karir yang tinggi
diperusaahan tempatnya bekerja dengan reputasi yang baik, setidaknya ada lima
hal yang menjadi pilar pembangun reputasi—setidaknya itu yang bisa saya
simpulkan dari cerita di atas. Reputasi ini tidak hanya bisa diterapkan disebuh
perusahaan, akan tetapi juga hidup di lingkungan masyarakat sekitar.
Pertama. Keinginan
yang kuat yang ditunjukan oleh anak itu. keinginan yang kuat
ditunjukannya dengan bertekad untuk meraih sukses diperushaan tempatnya
berkarir. Dia menyatakan saya tidak akan memperoleh sukses jika tidak mau
bekerja lebih dari orang lain. Jika tidak punya keinginan kuat sangat sulit
sekali muncul semangat yang demikian, paling tidak dia akan bekerja sebagaimana
adanya, sesuai standar dan rekannya yang lain.
Kedua. Kejujuran, yang ditunjukannya
menjukkan bahwa ia adalah pribadi yang luar biasa. Datang lebih awal 15 menit
sebelum bos dan pulang 15 menit lebih lambat dari bos, sama sekali bukan untuk
menjilat atau membuat bos senang. Tetapi ia tunjukan sebagai bukti
intergritasnya. Terbukti saat diberi beberapa tugas yang padahal bukan
tugasnya, anak itu begitu antusias dengan sebaik dan secepat mungkin
mengerjakannya.
Jika saja
ia hanya untuk menunjukan bos senang, mungkin apa yang ia toreh semeroket itu.
karena jika saja apa yang dilakukanya
sama sekali tidak membuat orang yang ditujunya senang ia akan segera
meninggalkan. Karena apa yang ia tuju tidak berhasil.
Ketiga, Tanggung jawab ditunjukan
oleh anak dengan sebaik dan secepat
mungkin menyelasaikan tugas yang diberikan oleh sang bos. Bukti nyata dari
tanggung jawabnya adalah apresiasi yang diberikan oleh bosnya. Semakin banyak
tugas dan tanggung jawab yang diembannya membuat, anak itu semakin kuat untuk
belajar.
Karena
setiap tugas dan pencapaian yang harus ditunaikan menuntut skill
dan knowledge
yang memadai. Jika ia luput, tidak menutup kemungkinan apa yang ia capai
menjadi terabaikan karena kendala ketidak-memadainya skill dan knowledge-nya. Maka,
tanggung jawabnya itu ia buktikan dengan sebanyak mungkin belajar.
Keempat, Kerja keras menjadi jurus ampuh
yang membuatnya meroket, melewati rekannya yang lain. Datang lebih awal bukan
tanpa alasan atau bukan tidak ada hal yang ia kerjakan. Begitu pula dengan
pulang lebih lambat dari yang lain. Tidak mungkin bisa menoreh kesuksesan jika
apa yang dikerjakan sama dengan yang lain. Mau tidak mau, karena sejak awal
menginginkan untuk sukses diperusahaan tersebut.
Kelima, Berjalan dijalan yang benar,
setiap perusahaan memiliki sistem yang membuat perusahaan bisa berjalan dengan
baik. Sistem adalah jalan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga perusahaan
demi kestebilan perusahaan. Sistem bisa
merupakan serangkaian aturan-aturan.
Kesemuanya,
seluruh pilar-pilar reputasi, itu bisa gagal jika mengabaikan pilar yang terakhir
ini. Berjalan dijalan yang benar merupakan suatu keharusan, jika seorang
pembalap tidak melintas pada trek yang sudah disediakan maka secepat apapun pembalap
itu memacu kendaraanya tidak akan ada gunanya, malahan ia bisa jadi pembalap
itu akan dikenai sanksi. Dan anak itu menunjukan bahwa kesuksesan yang
ditorehnya benar-benar sesuai dengan lintasannya.
Pertanyaaannya
kemudian, bagaimana seandainya jika sebelumnya kita memiliki reputasi yang
kurang baik, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki reputasi tersebut? Menurut
hemat saya, pilar-pilar pembangun reputasi harus tetap dijadikan landasan untuk
membangun reputasi yang baik di kemudian hari. Lalu, untuk memperbaiki repotasi
yang kurang baik dari apa yang telah kita lakukan adalah dengan memperbaiki,
menuntaskan dan bertanggung jawab atas segala apa yang kita lakukan.
Perbuatan
buruk sebenarnya tidak akan pernah bisa hilang, seperti halnya ucapan yang
sudah keluar dari lisan tidak bisa ditarik kembali, hanya saja yang bisa
dilakukan hanya memambahkan perbuatan baik jauh lebih banyak dibandingkan
perbuatan buruk yang sudah dilakukan.
Mengapa
ada istilah “berlomba-lomba berbuat baik?” sebenarnya bukan mengganti perbuatan
buruk yang sudah dilakukan menjadi baik, melainkan melainkan menutupi perbuatan
buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik, agar yang terlihat hanyalah
perbuatan baiknya.
Ada
sebuah lelucon yang menarik, untuk memahamkan kita tentang kesesuaian. Kesuksesan
atau keberhasilan haruslah dicapai dengan kesesuaian konteksnya. Jika tidak
seperti inilah yang terjadi.
Seorang
dokter melakukan sebuah pemeriksaan terhadap seorang pasien. Setelah
pemeriksaan itu, Dokter tersebut memanggil pasiennya itu untuk memberi tahu
hasilnya.
Dokter
itu berkata, “Sesuai dengan hal dari pemeriksaan tadi, saya sampaikan kepada
Anda, bahwa Anda mengalami gagal jantung.”
Mendengar
hasil dari dokter itu, wajah pasien langsung berubah dan tambah sumringah, seperti
telah mendapatkan kabar yang mengembirakan.
Melihat
itu, sang Dokter kemudian bertanya lagi sebelum pasien itu sempet mennggapi,
“Kenapa Anda tersenyum? Apa ada hal lucu yang membuat Anda tersenyum.”
“Begini
Dok, saya senang atas informasi yang telah Anda sampaikan.” Jawab sang pasien.
“Mengapa?”
tanyanya bingung.
“Kalau
saya gagal jantung, artinya saya sukses. Karena gagal jantung itu sukses
jantung yang tertunda.”
Jelas
lelucon itu sangatlah konyol, akan tetapi coba kita perhatian seksama. Ini
adalah bentuk salah kaprah dari memahami gagal adalah sukses yang tertunda.
Jika pernyataan tersebut disesuaikan dengan yang dipakai oleh pasien itu benar
benar konyol dan begitu bodoh. Itulah ketidaksesuaian. Maka dari itu kesuksesan
itu harus sesuai dengan apa yang ingin dicapainya.
Tidak ada komentar:
Write komentar